Diterjemahkan dari Artikel سبع يجري للعبد أجرهن وهو في قبره بعد موته (klik disini).
karya Asy Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr hafidzahumallah
(Ulama dari Arab Saudi, Guru Besar Universitas Islam Madinah dan pengajar tetap di Masjid Nabawi)
Sesungguhnya di antara keagungan nikmat Allah atas hamba-hambaNya yang beriman, Allah siapkan untuk mereka berbagai macam pintu-pintu kebaikan.Hamba yang mendapatkan taufik dari Allah melakukan kebaikan-kebaikan tersebut di kehidupan ini dan pahalanya senantiasa mengalir untuknya setelah kematiannya.
Orang-orang yang sudah wafat, mereka tertahan dikuburnya, terputus dari amalan-amalan, dan apa yang mereka lakukan di kehidupan ini akan dihisab dan dibalas. Sementara hamba yang mendapatkan taufik, kebaikan terus mengalir di dalam kuburnya, pahala dan keutamaan senantiasa mengucur. Dia berpindah dari negeri tempat beramal tapi pahalanya tidak terputus, derajatnya bertambah naik, kebaikannya bertambah banyak dan pahalanya semakin berlipat ganda padahal dia di kuburannya. Alangkah mulianya keadaan dirinya, alangkah baik dan indahnya kesudahannya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyebutkan tujuh perkara yang pahalanya terus mengalir kepada seseorang di kuburnya setelah kematiannya. Dari Anas radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
سبعٌ يجري للعبد أجرهن وهو في قبره بعد موته : من علَّم عِلْماً ، أو أجرى نهراً ، أو حَفَر بئراً ، أو غرس نخلاً أو بنى مسجداً ، أو ورَّث مصحفاً ، أو ترك ولداً يستغفر له بعد موته
“Tujuh hal, pahalanya terus mengalir bagi seorang hamba dan dia di kuburnya setelah kematiannya: seorang yang mengajarkan ilmu, mengalirkan sungai, menggali sumur, menanam pohon kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak yang memohonkan ampun untuknya setelah kematiannya.”[1]Saudaraku muslim, perhatikanlah sejenak amalan-amalan ini! Bersemangatlah agar engkau mendapatkan bagian darinya selama engkau berada di negeri dunia! Bergegaslah segera untuk mendapatkannya sebelum umur usai dan ajal menjelang!
Adapun penjelasan dan keterangan dari amalan-amalan tersebut adalah sebagai berikut:
1.) Mengajarkan Ilmu
Yang dimaksudkan dengan ilmu di sini adalah ilmu yang bermanfaat, yang mencerahkan manusia terhadap agama mereka, mengenalkan mereka kepada Rabb dan sesembahan mereka, serta mengantarkan mereka ke jalanNya yang lurus. Ilmu yang dengannya diketahui petunjuk dari kesesatan, haq dari yang batil, halal dari yang haram.
Dari sini, jelaslah besarnya keutamaan para ulama pemberi nasihat dan para dai yang ikhlas. Mereka pada hakikatnya adalah pelita umat, mercusuar negeri, penopang umat dan mata air hikmah. Kehidupan mereka adalah khazanah, kematian mereka berarti musibah. Mereka mengajarkan orang-orang yang tidak mengerti, mengingatkan mereka yang lalai, membimbing mereka yang hilang arah. Tidak dikhawatirkan kejelekan dari mereka dan tidak ditakutkan kerusakan berasal dari mereka.
Ketika salah seorang dari mereka wafat, ilmunya akan tetap hidup sebagai warisan di tengah manusia, karya dan ucapan mereka tetap tersebar di tengah mereka. Orang-orang mengambil dan menyampaikan faidah-faidah dari hasil karya-karyanya sementara dia di kuburnya, pahala dan ganjaran terus mengalir dan mengucur untuknya.
Dahulu dikatakan, “Seorang ulama wafat akan tetapi kitabnya akan tetap ada”. Adapun sekarang suaranya seorang ulama tetap ada terekam di kaset-kaset bersama pelajaran-pelajaran ilmiahnya, ceramah-ceramahnya yang bermanfaat dan khutbah-khutbahnya yang berharga. Maka generasi yang tidak sezaman dan tidak ditakdirkan untuk berjumpa dengan ulama tersebut bisa mengambil manfaat darinya. Demikian juga siapa yang berperan untuk terbitnya buku-buku yang bermanfaat, menyebarkan karya-karya yang berfaidah, membagi-bagikan kaset-kaset dakwah dan ilmiah maka dia juga mendapatkan bagian yang besar dari pahala tersebut insya Allah.
*****
2.) Mengalirkan Sungai
Maksudnya di sini adalah menggali saluran-saluran air dari sumber mata air atau dari sungai-sungai agar air sampai ke tempat-tempat pemukiman atau kebun-kebun, sehingga manusia mendapatkan supply air, kebun-kebun terairi, hewan-hewan ternak bisa minum.
Berapa banyak pada amalan yang mulia seperti ini dari bentuk ihsan kepada manusia, membantu memudahkan mereka untuk mendapatkan air, yang merupakan unsur penting bahkan yang paling penting bagi kehidupan.
Termasuk diantaranya adalah menyalurkan air melalui pipa-pipa ke pemukiman manusia. Demikian juga meletakkan pendingin-pendingin air di jalan-jalan dan tempat-tempat yang dibutuhkan.
*****
3.) Menggali Sumur-Sumur
Ini mirip dengan yang sebelumnya. Disebutkan di dalam hadits dari hadits Abu Hurairah –radhiallahu ‘anhu- bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
بَيْنَا رَجُلٌ بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ ، فَقَالَ الرَّجُلُ : لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ مِنِّي ، فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَا خُفَّهُ مَاءً فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ ، قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّه وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ لَأَجْرًا ؟ فَقَالَ فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ
“Suatu ketika ada seorang di jalanan yang sedang merasakan haus yang sangat. Kemudian dia menemukan sebuah sumur. Lalu dia turun ke sumur tersebut dan minum airnya. Kemudian dia keluar dan ternyata ada seekor anjing yang menjulur-julurkan lidahnya memakan tanah lembab karena hausnya. Maka orang ini berkata, “Anjing ini merasakan haus yang sangat sebagaimana yang tadi aku rasakan.” Dia pun turun ke dalam sumur dan memenuhi sepatunya dengan air kemudian meminumkannya ke anjing tersebut. Maka Allah pun bersyukur kepadanya dan mengampuninya. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah apakah kita bisa mendapatkan ampunan dari binatang-binatang ternak?” Maka beliau menjawab, “Pada setiap yang bernyawa terdapat pahalanya.” [2]Maka bagaimana dengan seorang yang menggali sumur dan menjadi sebab keberadaannya sehingga bermanfaat bagi banyak orang?
*****
4.) Menanam Pohon Kurma
Sebagaimana yang diketahui bahwasanya pohon kurma adalah pohon yang paling utama dan paling banyak manfaatnya. Maka siapa yang menanam pohon kurma kemudian menginfakkan buahnya di jalan Allah untuk kaum muslimin maka pahalanya akan terus mengalir selama buahnya dimakan. Demikian juga selama ada yang mengambil manfaat dari pohon kurmanya baik manusia atau hewan. Begitu juga keadaan setiap tanaman yang bermanfaat bagi manusia. Penyebutan pohon kurma secara khusus di sini adalah karena keutamaan dan keistimewaannya.
*****
5.) Membangun Masjid-masjid
Masjid adalah tempat yang paling dicintai Allah dan tempat dimana Allah izinkan agar namaNya ditinggikan dan disebut padanya. Apabila masjid dibangun, shalat ditegakkan padanya, Al Qur’an dibaca, Allah senantiasa disebut, ilmu disebarkan, kaum muslimin berkumpul di situ, dan selainnya dari maslahat-maslahat yang sangat besar, maka orang yang membangunnya akan mendapatkan pahala pada seluruh perkara tersebut.
Dari Utsman bin Affan –radhiallahu ‘anhu-, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ
“Siapa yang membangun masjid dalam rangka mengharapkan wajah Allah, Allah bangunkan untuknya yang semisalnya di surga.”[3]
*****
6.) Mewariskan Mushaf
Yaitu dengan mencetak mushaf-mushaf, membeli dan mewakafkannya untuk masjid-masjid, lembaga-lembaga pendidikan sehingga kaum muslimin bisa mendapatkan manfaatnya. Orang yang mewakafkannya akan mendapatkan pahala yang sangat besar setiap kali ada yang membaca mushaf tersebut, mentadaburi makna-maknanya dan beramal dengan kandungannya.
*****
7.) Mendidik dan Membina Anak
Bersemangat menjadikan anak tumbuh dan berkembang di atas ketakwaan dan keshalihan sehingga mereka menjadi anak-anak yang baik dan shalih yang kemudian mendoakan kedua orang tua mereka dengan kebaikan, dan memohon kepada Allah untuk melimpahkan rahmat dan ampunan bagi mereka. Yang demikian ini adalah dari perkara-perkara yang bermanfaat bagi seorang di kuburnya.
Yang berkaitan dengan bab ini, juga terdapat dengan makna yang disebutkan dalam hadits sebelumnya, satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah –radhiallahu ‘anhu-, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ : عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ ، وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ ، وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ ، أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ ، أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ ، أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ ، أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ
“Sesungguhnya di antara perkara yang menyertai seorang mukmin dari amalan dan kebaikannya setelah kematiannya : ilmu yang dia ajarkan dan sebarkan, anak yang shAlih yang dia tinggalkan, mushaf yang dia wariskan, masjid yang dia bangun, rumah untuk singgahnya ibnu sabil yang dia bangun, sungai yang dia alirkan atau sedekah dari hartanya saat sehatnya di kehidupannya yang menyertainya setelah kematiannya.”[4]
Dan dari Abu Umamah Al-Bahily radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda:
أَرْبَعَةٌ تَجْرِي عَلَيْهِمْ أُجُورُهُمْ بَعْدَ الْمَوْتِ : مَنْ مَاتَ مُرَابِطًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ ، وَمَنْ عَلَّمَ عِلْمًا أُجْرِيَ لَهُ أَجْرُهُ مَا عُمِلَ بِهِ ، وَمَنْ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَجْرُهَا يَجْرِي لَهُ مَا جَرَتْ، وَرَجُلٌ تَرَكَ وَلَدًا صَالِحًا فَهُوَ يَدْعُو لَهُ
“Empat perkara yang pahalanya terus mengalir setelah kematian : siapa yang mati dalam keadaan ribath (berjaga di perbatasan) di jalan Allah, siapa yang mengajarkan ilmu dia akan mendapatkan pahalanya selama ilmu tersebut diamalkan, siapa yang bersedekah maka pahalanya terus mengalir selama sedekahnya bermanfaat, dan siapa yang meninggalkan anak yang shalih yang mendoakan untuknya.”[5]
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ : إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang wafat terputuslah amalannya kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang berdoa untuknya.”[6]Sejumlah ulama menjelaskan bahwasanya yang dimaksudkan dengan sedekah jariyah adalah wakaf, yaitu yang ditahan asal hartanya (untuk sesuatu yang telah ditentukan) dan diperuntukkan manfaatnya di jalan Allah. Dan hampir seluruh perkara yang telah disebutkan sebelumnya masuk kategori sedekah jariyah. Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam hadits:
أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ
“...rumah untuk singgahnya ibnu sabil yang dia bangun...”
Padanya terdapat keutamaan membangun rumah-rumah dan diwakafkan untuk kemanfaatan kaum muslimin apakah untuk ibnu sabil, para penuntut ilmu, anak-anak yatim, janda-janda, para fakir dan miskin. Berapa banyak pada perkara ini dari kebaikan dan ihsan.
Telah terkumpul dari penjelasan terdahulu sejumlah amalan yang berbarokah apabila dikerjakan oleh seorang hamba di kehidupannya akan mengalir pahalanya setelah kematiannya.
Imam As Suyuthi rahimahullah telah menghimpunnya dalam bait-bait syair berikut ini:
إذا مَاتَ ابنُ آدم لَيْسَ يجرِي
عَليه مِن فِعَــــالٍ غيرُ عَشْرِ
علوم بثَّها ، ودعــاءُ نَجْلٍ
وغَرْسُ النَّخلِ ، والصدقاتُ تجري
وَوِراثةُ مُصحفٍ ، ورِباطُ ثَغْرٍ
وحَفْرُ البئرِ ، أو إجراءُ نَهـــرِ
وبيتٌ للغريبِ بَنــاهُ يأوي
إليه ، أو بِناءُ مَــــحلِّ ذِكْرِ
Jika wafat anak Adam tidaklah mengalir untuknya dari amalan-amalan selain sepuluh ilmu yang dia sebarkan dan doa anak kita menanam kurma, dan sedekah jariyah mewariskan mushaf dan ribath perbatasan menggali sumur dan mengalirkan sungai rumah untuk singgahnya orang asing atau membangun tempat dzikrullah (masjid).Perkataan beliau “ribath (berjaga) di daerah perbatasan”, poin ini disebutkan dalam hadits Abu Umamah sebelumnya dan juga hadits Salman Al Farisy radhiallahu ‘anhu beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ ، وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّانَ
“Ribath (berjaga di perbatasan) sehari semalam itu lebih baik dari pada puasa dan shalat malam sebulan. Kalau dia wafat (saat ribath) akan terus mengalir untuknya (pahala) amalan yang biasa dia lakukan sebelumnya, disampaikan rezekinya dan dia aman dari fitnah (kubur).”[7]Yaitu pahala amalannya terus bertambah untuknya sampai hari kiamat dan dia aman dari fitnah kubur.
Kita meminta kepada Allah Jalla wa ‘Alaa agar senantiasa memberikan taufikNya kepada kita untuk mengamalkan setiap kebaikan, dan agar senantiasa menolong kita untuk melaksanakan dari pintu-pintu kebaikan serta memberi hidayah jalan yang lurus kepada kita.
**********
______________________
[1] HR. Al-Bazzar (Kasyful Astar (149) dihasankan Al-Albany di Shahih Al-Jami’ (3602))
[2] HR. Al-Bukhari (2466) dan Muslim (2244)
[3] HR. Al-Bukhari (450) dan Muslim (533)
[4] HR. Ibnu Majah (242) dan dihasankan oleh Al Albany rahimahullahu (Shahih Sunan Ibn Majah )(198))
[5] HR. Ahmad (5/260-261) dan Ath-Thabrany (7831) dan dihasankan Al-Albany di Shahih Al-Jami’ (877)
[6] HR. Muslim (1631)
[7] HR. Muslim (1913)
Tidak ada komentar: